Kamis, 31 Maret 2011

Pengobatan untuk skizofrenia


Pengobatan untuk skizofrenia



Ø  Perjalanan Scyzofrenia

Skizofrenia dapat dilihat sebagai suatu gangguan yang berkembang melaluifase-fase
1.      Fase premorbid
Pada fase ini, fungsi- fungsi individu masih dalam keadaan normatif.

2.      Fase prodromal
Adanya perubahan dari fungsi-fungsi pada fase premorbid menuju saatmuncul simtom psikotik yang nyata. Fase ini dapat berlangsung dalambeberapa minggu atau bulan, akan tetapi lamanya fase prodromal inirerata antara 2 sampai 5 tahun.

Pada fase ini, individu mengalami kemunduran dalam fungsi-fungsi yangmendasar (pekerjaan sosial dan rekreasi) dan muncul simtom yang nonspesifik, misal gangguan tidur, ansietas,iritabilitas,Mooddepresi,konsentrasi berkurang, mudah lelah, dan adanya defisit perilakumisalnya kemunduran fungsi peran dan penarikan sosial.Simtom positif seperti curiga mulai berkembang di akhir fase prodromaldan berarti sudah mendekati mulai menjadi psikosis.

3.      Fase psikotik
Berlangsung mulai dengan fase akut, lalu adanya perbaikan memasukifase stabilisasi dan kemudian fase stabil.Pada fase akut dijumpai gambaran psikotik yang jelas, misalnyadijumpai adanya waham, halusinasi, gangguan proses pikir, danpikiran yang kacau. Simtom negatif sering menjadi lebih parah danindividu biasanya tidak mampu untuk mengurus dirinya sendiri secara pantas.

Fase stabilisasi berlangsung selama 6-18 bulan, setelah dilakukanacute treatmentPada fase stabil terlihat simtom negatif dan residual dari simtompositif. Di mana simtom positif bisa masih ada, dan biasanya sudahkurang parah dibandingkan pada fase akut. Pada beberapa individubisa dijumpai asimtomatis, sedangkan individu lain mengalamisimtom nonpsikotik misalnya, merasa tegang (tension), ansietas,
depresi, atau insomnia.

Ø  Terapi / Tatalaksana
Psikofarmaka
Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder ( efek samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat.

Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal.

Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll). APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa: gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut kering, pandangan kabur, gangguan miksi, defekasi dan hipotensi. APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide.

Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon.
 
·         Pengaturan Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
    • Onset efek primer (efek klinis) : 2-4ininggu
    • Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6 jam
    • Waktu paruh  : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)
    • Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar) sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderita.
    • Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna untuk pasien yang tidak/sulitininum obat, dan untuk terapi pemeliharaan.
       
Ø  Terapi Psikososial Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :
·         Psikoterapi individual
    • Terapi suportif
    • Sosial skill training
    • Terapi okupasi
    • Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
·         Psikoterapi kelompok
·         Psikoterapi keluarga
·         Manajemen kasus
·         Assertive Community Treatment (ACT)

Ø  Antipsikotik dibedakan atas:
1.      Antipsikotik tipikal (antipsikotik generasi pertama)
·                     Klorpromazin
·                     Flufenazin
·                     Tioridazin
·                     Haloperidol
·                     Dan lain- lain
2.      Antipsikotik atipikal (antipsikotik generasi kedua)
·                     Klozapin
·                     Olanzapin
·                     Risperidon
·                     Quetapin
·                     Aripiprazol
·                     Dan lain-lain

0 komentar:

Posting Komentar

Resources

Search