Sebagai seorang muslim dan belajar mengenai kedokteran seharusnya saya mengetahui mengenai kedokteran Islam dan bagaimana perkembangannya. Kedokteran Islam mulai sering dibicarakan sejak diadakannya Konferensi Internasional Kedokteran Islam pertama di Kuwait pada tahun 1981. Pada konferensi ini dr. Ahmed Elkadi menyampaikan presentasi dengan judul “What is Islamic Medicine?”
Sekarang saya coba tanya pada anda yang merasa seorang muslim dan mungkin juga seorang mahasiswa kedokteran/praktisi kedokteran. Apa jawaban untuk pertanyaan diatas?
Entah Saya pesimistis atau bagaimana, nampaknya hanya sedikit yang mengetahui definisi sebenarnya dari Kedokteran Islam. Saya pun baru tahu ketika membaca jurnal yang dibuat oleh dr. Ahmed Elkadi ini. Maka mari kita telusuri lebih dalam. Dan mungkin diantara kita masih ada yang memiliki pemahaman bahwa kedokteran Islam adalah kedokteran tradisional yang keabsahannya masih dipertanyakan dan sudah jadi sejarah.
Menurut Prof. M.K. Tadjudin dalam booklet pidato promovendus-nya dalam penerimaan Gelar Doctor Honoris Causa memaparkan bahwa Kedokteran Islam adalah Kedokteran Modern “plus”. Yakni kedokteran yang memenuhi segala prinsip dasar kedokteran modern yang sebenarnya juga sudah termaktub dalam prinsip kedokteran dalam Islam.
dr. Elkadi mengusulkan enam kriteria dasar bagi Kedokteran Islami Kontemporer :
- Kedokteran Islami tunduk pada ajaran dan etika Islam
- Dalam kegiatannya Kedokteran Islami selalu mengikuti kaidah logika
- Memperhatikan secara holistik dan seimbang raga dan jiwa, serta kepada perorangan dan masyarakat
- Mempunyai pendekatan universal dalam penggunaan sumber daya dan pelayanan
- Selalu berupaya memberikan yang terbaik
Menurut Prof.MK. Tadjudin, kriteria diatas menunjukan bahwa keodkteran Islam tidak sama dengan kedokteran tradisional, tetapi lebih merupakan kedokteran modern “plus”.
Kedokteran Islam pun telah menuliskan dalam sejarah nya dalam perkembangan etik kedokteran. Seperti yang dikemukakan oleh Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah dalam bukunya, merujuk pada hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud, An-Nasai, dan Ibn Majah berbunyi: “Mereka yang mempraktekan tibb, tetapi kurang mahir, bertanggung jawab atas tindakannya”
Maka sebagai seorang muslim, apalagi kalau seorang mahasiswa kedokteran bahkan praktisi kesehatan muslim, selayaknya berkaca pada dirinya sendiri bahwa tuntutan pada dirinya atas profesinya sangat besar. Lebih besar karena profesi ini menyangkut segala hal dalam kehidupan manusia secara holistik dan terintegrasi dengan keimanan pada Allah SWT.
Tapi walau bagaimanapun amanah menjadi praktisi kedokteran merupakan anugerah dan harus disyukuri. Mengapa? Karena seperti yang Prof. MK. Tadjudin sampaikan dalam booklet promosi HC, seorang dokter/praktisi kedokteran diberi kedudukan yang menguntungkan untuk tidak hanya dapat membaca ayat-ayat Allah yang tertulis tapi juga sebagian ayat yang tidak tertulis, yang antara lain dapat dibaca melalui penelitian-penelitian ilmiah bidang kedokteran.
“Semakin dalam pengetahuan Saya tentang ilmu kedokteran semakin sadar Saya akan kebesaran Allah SWT”Prof. Dr (HC). dr. M.K. TadjudinDean Faculty of Medicine & Health Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University
source :http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/10/28/kedokteran-islam-kedokteran-modern-plus/
0 komentar:
Posting Komentar